ANTARA KEBUTUHAN DAN KEINGINAN
oleh Arum
Anggraeni Maulida
Dalam kehidupan, seorang
manusia yang berharap sampai pada suatu ketercapaian tujuannya pasti pernah
melewati yang namanya sebuah pilihan. Pilihan tersebut dapat berupa pilihan
yang ada secara alamiah atau yang terbentuk dari sebuah perbuatan. Disini
sebuah tujuan diibaratkan benda yang bersifat abstrak, yang bisa saja tercapai
dan mungkin saja tidak tercapai (gagal atau belum mencapai tujuan yang
direncanakan). Berbagai proses dan tahapan tertentu akan dilewati dalam setiap
waktunya, dan ketika seseorang yang berencana berjalan menuju tujuan yang
dimiliki, ia akan menemui sebuah pilihan yang menjadi energi untuk berlanjut ke
jenjang berikutnya. Titik pacuan dari hal tersebut dapat dikategorikan menjadi
dua tipe, yaitu dengan menghadapi pilihan yang sesuai kebutuhan dan yang
berdasarkan keinginan.
Realitas dari sifat dasar
manusia yang terlihat, bisa saja menjurus pada dua hal utama, yaitu membutuhkan
dan menginginkan sesuatu. Terkadang kebutuhan dan keinginan bisa bersatu dan
beriringan, namun kedua hal tersebut dapat juga saling berkontradiksi, hingga
kejadian itu menciptakan suatu keharusan kepada seseorang untuk memilih.
Dalam pemikiran saya, saya
tidak bisa langsung mengatakan bahwa dalam kebutuhan dan keinginan, ada yang
lebih mendominasi atau ada yang lebih tinggi tingkatannya. Untuk menentukan
sesuatu yang bersifat prioritas, semua harus dilihat dari konteks hal yang
mendasari dan sedang dialami.
Sebagai contoh ketika
seseorang ingin sembuh dari penyakit yang diderita, ia dianjurkan untuk meminum
obat. Disini dapat dikatakan obat adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh ia yang
ingin sembuh. Hal tersebut menunjukan bahwa keinginan untuk sembuh dengan
kebutuhannya meminum obat dapat bertemu menjadi suatu hal yang beriringan.
Jadi, bila ia memilih untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya tersebut, kemungkinan
besar ia akan berhasil mencapai suatu tujuannya, yaitu kesembuhan.
Dilain hal, bilamana kita
menemui titik pilihan antara kebutuhan dan keinginan yang bertentangan atau
tidak bisa berjalan bersamaan, misalnya seperti seseorang yang baru lulus S1
mempunyai keinginan untuk melanjutkan studinya ke jenjang S2, namun di lain
hal, ia harus fokus bekerja demi mencari uang tambahan untuk keluarga. Dalam
kondisi seperti itu, ia terpaksa memautkan pilihannya pada kebutuhan, daripada
keinginannya untuk bersekolah. Tujuan yang ingin dicapai dari orang ini pada
dasarnya adalah kepuasan batin dalam kesenangannya mencari ilmu dan
kecukupannya mencapai kesejahteraan untuk keluarga. Ini menunjukan bahwa ada
saatnya kebutuhan dan keinginan tidak berjalan dalam satu petakan yang sama.
Contoh lain dapat diibaratkan
pada seseorang yang sudah dianggap butuh untuk menikah, demi keberlangsungan
hidup dan melanjutkan keturunan. Namun hingga umur yang dikatakan sudah
terlampaui cukup, ia merasa hal tersebut belum menjadi hal urgen dan ia pun
memutuskan lebih mengejar keinginannya meniti karir yang lebih tinggi lagi.
Dalam konteks ini, kebutuhan dasar manusia yang hidup berpasangan (menikah), ia
lupakan walau sudah berkecukupan, demi ambisi keinginannya untuk mengejar karir.
Ia pun dalam pemikirannya berkomitmen untuk menerima segala konsekuensinya.
Pengandaian dari
selintingan kenyataan yang ada di sebuah kehidupan, telah menunjukan bahwa kebutuhan
dan keinginan merupakan suatu yang pernah dan akan dihadapi oleh seseorang
dalam mencapai tujuannya, entah ia akan konsisten dalam titik tujuannya atau
tidak. Untuk itu, saya rasa cukup penting untuk mampu berpikiran secara
objektif dalam menimbang sebuah keinginan dan kebutuhan bila kedua hal tersebut
belum bertemu dalam suatu proses yang sama. Akan tetapi, semua hal akan
dijalani dengan cukup baik ketika seseorang siap menerima setiap resiko dari pilihan
yang ada antara kebutuhan dan keinginan yang dijalani.
Komentar
Posting Komentar