Part 1 – Edisi Kehamilan Pertama
Ternyata.... Aku Sedang
Hamil!
Hai para pembaca, cukup lama saya tidak menulis di blog
pribadi ini. Beberapa bulan silam saya masih harus menyelesaikan tesis saya,
yang alhamdulillah sudah selesai pada bulan Februari 2018 lalu.
Kali ini saya akan membagi cerita dalam beberapa part
nantinya tentang kehamilan pertama saya.
Saya dan suami menikah sejak 28 Agustus 2016, dan sempat
memutuskan untuk menunda kehamilan selama kurang lebih 9 bulan lamanya. Hal
tersebut dikarenakan saya harus menjalani studi S2 dengan aktifitas yang cukup
padat ditambah saat saat awal pernikahan kami menjalani Long Distance Marriage (LDM) kurang lebih setahunan.
Menunda kehamilan kami lakukan dengan cara alami, bukan
melalui hitungan bulan melainkan melalui cara berhubungan suami-istri yang diatur. Cara
tersebut cukup berhasil hingga kami memutuskan untuk tidak lagi menggunakannya
dan memulai program hamil pada pertengahan bulan Mei 2017 (meski kami masih LDM,
walau suami sering bolak balik Jogja-Jakarta).
Nah...masuk pada bagian awal kehamilan saya yang dimulai
dari hari pertama menstruasi terakhir pada 6 Agustus 2017- yang biasa disebut
HPHT, setelahnya hingga saya menulis tulisan ini saya belum menstruasi lagi
karena kehamilan saya masih berlangsung pada umur 33 Minggu.
HPHT saya di atas hingga saat ini sebetulnya tidak dapat
dijadikan patokan usia kehamilan saya, karena pada bulan agustus saya pun baru
bertemu suami di akhir bulan dan tentunya pembuahan akan terjadi pada pasca
melakukan hubungan (ini menurut pendapat saya). Jadi hingga saat ini hitungan sempat tidak pas, dan
akhirnya para pemeriksa (bidan maupun dokter) sepakat menggunakan hasil USG
saja, yang jika saya hitung pembuahan baru terjadi saat tanggal 27 Agustus 2017
(saat itu kami sedang berada di Korea Selatan).
Para pembaca, kami memang berniat program hamil seperti
disebutkan sebelumnya, namun tidak menyangka kami akan diberikan kesempatan
sejak bulan Agustus 2017. Kami pun baru mengetahuinya pada 15 September 2017.
Saya merasakan tanda-tanda berbeda sebelumnya seperti
belum menstruasi padahal sudah telat dan daerah payudara terasa sakit. Dengan
harap-harap cemas, saat suami pergi bekerja saya iseng mencoba test pack (dulu
pernah dibeliin teman di Kamboja), yang hasilnya terdapat 2 garis (satu tebal
dan satu masih lebih tipis).
Saat itu saya bingung. Orang pertama yang saya tanya dan
beritahu adalah ibu saya (di Kalimantan). Ibu langsung bersyukur dan yakin kalau
saya beneran hamil. Saya pun sangat senang dan tidak sabar memberitahukan
kepada suami hari itu. Namun besoknya saya kembali bimbang untuk meyakini bahwa
saya sedang hamil apa tidak, karena garis tidak sama-sama tebal. Saya sudah
memberitahukan kepada Ummi (mertua) dan beberapa teman yang latar belakang
studinya bagian kesehatan.
Hingga akhirnya saya membeli test pack lagi untuk tes.
Hasilnya pun sama terdapat 2 garis. Tapi itu belum mampu meyakini hati saya,
dan suami pun jadi ikutan bimbang. Kami pun selanjutnya memutuskan mengatur
jadwal pergi ke rumah sakit untuk diperiksa.
Periksa pertama kehamilan kami lakukan di RS
Hermina Bogor oleh seorang bidan yang sangat ramah. Saya membawa kedua hasil
test pack dan menunjukan kepada bu bidan. Bidan pun cukup meyakini saya hamil.
Ia lalu menanyakan beberapa tanda-tanda yang saya alami dan memeriksa saya menggunakan alat USG, namun hasil USG saat itu belum menunjukan
perkembangan (hanya terlihat dinding rahim yang menebal). Bu bidan menyarankan
untuk melakukan pemeriksaan lagi pada 2 minggu mendatang bersama dokter
spesialis, karena memang diusia dini kehamilan belum terlihat. Kami pun
menyetujuinya, dan pertemuan kami pun diakhiri dengan resep asam folat dan
vitamin cukup untuk 2 minggu yang kami lansgung tebus di rumah sakit tersebut.
Begitulah cerita awal kehamilan saya, sekitar 70 persen
saya dan suami yakin bahwa saya memang sedang hamil. Untuk cerita selanjutnya
akan saya share pada part-part berikutnya ya.
See you......
Komentar
Posting Komentar