Masuk Australia Saat Pandemi Covid-19? Bagaimana Proses Karantina Setelah Tiba Disana?

Selama pandemi Covid-19, Australia melakukan pembatasan besar-besaran (boarder ristrictions) bagi orang yang hendak masuk ke negaranya. Hanya orang-orang yang merupakan warga negara dan pemegang visa khusus yang dapat masuk selama pandemi di tahun 2020 ini. Hal tersebut berlaku sejak Australia menutup wilayahnya demi penanganan Covid-19 yang efektif.

Lalu, mengapa saya bisa masuk ke Australia pada tanggal 8 Desember 2020 lalu? Bagaimana proses setelah tiba di Australia? Yuk disimak ya tulisan singkat ini.

Visa Khusus Boleh Masuk ke Australia

Masuk ke Australia saat pandemi di tahun 2020 ini tidak sepenuhnya dilarang, beberapa pemegang visa khusus dapat masuk ke wilayah Australia. Seperti bagi penduduk yang memang secara original berasal dari Australia, dan visa khusus seperti visa diplomatik.

Saya, berstatus sebagai pegawai di KBRI Canberra, mendapat visa diplomatik dan dapat masuk ke Australia dengan syarat harus mematuhi berbagai ketentuan yang ada. Sebagai contoh melakukan karantina.

Memang pada saat proses pengurusan visa membutuhkan banyak waktu dari biasanya. Selain pengecekan berkas, ketatnya masuk Australia selama pandemi memang menambah proses pemeriksaan.

Ketentuan Tiba di Australia Berdasarkan Pengalaman

Setelah mendapatkan visa diplomatik dari Kedutaan Besar Australia di Indonesia, saatnya saya menyiapkan keberangkatan ke Australia. Selain perlu melakukan booking tiket, saya juga harus meyiapkan dokumen konsuler untuk ketibaan dan kelengkapan dokumen karantina mandiri, seperti letter of exemption.

Keberangkatan ke Canberra Pakai Garuda Indonesia


Masuk Australia selama pandemi tentu saja membutuhkan banyak biaya. Bagi orang yang tiba tanpa dapat melakukan karantina mandiri, harus melakukan karantina selama 14 hari di hotel, dengan biaya sekitar 3.000 AUD. Cukup besar yaa???. 

Alhamdulillah nya saya mendapat kelonggaran untuk melakukan karantina mandiri di Wisma Atase Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di Canberra. Tanpa perlu melakukan pembayaran karantina sebesar di atas.

Penjemputan Sydney - Canberra oleh Pihak KBRI


Masuk ke Australia juga tidak bisa langsung ke negara bagian yang dituju. Semua terpusat di Sydney. Jadi saya harus membeli tiket ke Sydney, dan melakukan perjalanan darat dari Sydney ke Canberra (sekitar 3 jam) tanpa boleh berhenti dengan alasan apapun. Dalam perjalanan pejemputan pihak KBRI, saya dan rekan lain sesama pegawai KBRI wajib menjaga jarak sesuai protokol yang ditetapkan oleh Australia.

Sesampainya di Canberra, kami langsung harus memasuki wisma untuk melakukan karantina selama kurang lebih 14 hari.

Pengecekan Selama Karantina

Saya dan rekan yang juga dikarantina wajib berada di rumah selama 14 hari. Kami berada dalam satu rumah, tidak bercampur dengan orang yang tidak melakukan karantina. Kami juga tidak boleh keluar (selain ke halaman belakang) untuk sesuatu bukan untuk pengecekan kondisi tubuh.

Sebelum berangkat ke Australia, saya melakukan swab di RS Hermina (biaya Rp900.000,-). RS tersebut merupakan salah satu rekanan Garuda Indonesia. Karena saya berangkat menggunakan maskapai penerbangan tersebut.

Tiba di bandara Sydney, saya diswab kembali oleh tim kesehatan di bandara tersebut (biaya gratis). Hasil saat itu keluar sekitar satu hari setelah diambil sample.

Selanjutnya, saya beberapa kali menerima telepon dari tim kesehatan Australia. Tim tersebut melakukan pengecekan kondisi saya selama menjalani proses karantina. Saya dan rekan lainnya diberikan satu nomor telepon oleh pihak KBRI agar tim kesahatan Canberra bisa telpon ke satu nomor telepon tersebut.


Swab di Klinik Belakang Hospital Canberra


Dalam dua hari terakhir sebelum karantina berakhir, saya melakukan kembali swab di pusat kesehatan di Klinik belakang Canberra Hospital secara gratis. Hasil pun keluar dalam beberapa hari. 

Pasca Karantina

Saat karantina berkahir, saya sudah dapat menjalani aktifitas seperti biasa. Melakukan pekerjaan, jalan-jalan tanpa menggunakan masker lagi. Namun saya tetap harus mematuhi protokol seperti menjaga jarak dan kebersihan diri.

Demikian pengalaman masuk Australia selama pandemi dan proses setelah tiba disana pada akhir tahun 2020.

Sampai jumpa di cerita tulisan lain tentang Australia.

---
Saya = suami saya, Barik Ali Amiruddin.

Komentar

  1. Wah, mbak Arum udah balik lagi ke Ausie ya..
    Rasanya cukup ketat peraturan disana saat pandemi gini ya mbak, dan rasanya lebih tertib deh dari pada di negara +62, hihi..

    Semoga sehat selalu ya mbak Arum dan keluarga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi iya mba.. ini saya menuliskan untuk suami mbak,,

      Aamiin terima kasih banyak mbak :)

      Hapus
  2. Waduh saya sih gak kepikiran ke luar negeri. Mau pulang ke Tangerang aja mikir berkali-kali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iy kak.. asal memperhatikan protokol kesehatan insyaAllah aman..

      Hapus
  3. Masya Allah proses yang cukup ketat dan panjang ya, membayangkannya ikut lelah rasanya. haha semoga sehat selalu dan dilancarkan segala aktifitasnya disana ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Aamiin terima kasih ya kak :) semoga sehat selalu dan dilancarkan berbagai urusannya juga.

      Hapus
  4. Wah mba Arum sama suaminya diaspora nih. Jadi inget Ayah saya yang juga pernah kerja di konsulat di Hongkong sana. Sayang anaknya nggak nurun pinter, masih doyan di Nusantara mkwkwkw. Semoga sehat2 semua ya mbak di negeri orang, kita semua cepet dapet vaksin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi.. bisa aja mbak.. pasti mbaknya juga pinter dong :)

      Semoga sehat selalu juga ya mbak.. Aamiin semoga pandemi Corona segera berakhir.

      Hapus
  5. Welcome to Australia Mba Arum.. Sehat dan betah betah yaa di sana.

    Lagi deg-degan nih nanti bisa ke Belanda lg nggak ya tahun depan. Nampaknya prosesnya nih bakal pnjg bgt dan kayak mba arum itu di swab berkali kalo. Beuh, serem juga yaaa. Alhamdulillah negatif terus ya mbak. Eh beneran ga maskeran ya di sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe aamiin aamiin mbaa, ini tulisan buat suami sih dengan sudut pandang nya..

      Aamiin semoga bisa kembali ke Belanda ya mbaa.. :)

      Iya demi mencegah penyebaran di negaranya, jadi Australia memang cukup ketat mbak. Alhamdulillah semua gratis..

      Hapus
  6. Alhamdulillah ya prosesnya berjalan lancar, hasilnya juga baik, jadi bisa lanjut bekerja lagi ya setelah karantina.
    asyik ya disana, pemeriksaan berulang gitu gratis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak.. Alhamdulillah nya begitu..hehe kalau disuruh bayar sendiri bisa2 tekor hehee..

      Hapus
  7. barokallah ya Mba Arum dan suami sehat-sehat di sana. Jauh dari keluarga di Indonesia ya. Jadi ingat pengalaman tinggal di luar negeri. Sangat berkesan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak.. hehe ini sebenarnya tulisan sudut pandang suami.

      Aamiin semoga berkesan.. :)

      Hapus
  8. Waah aku mau luar kota naik tranportasi umum masih belum brani nih mba, tpi ketat dan rapih bgt ya prosedurnya, yg pling penting lgi freee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iyaaa mbak.. asal kita nya patuh pada protokol kesehatan insyaAllah aman mbak.. :)

      Iya ..enaknya gratis kalau di Australia

      Hapus
  9. Semoga sehat2 terus ya mba Arum. Saya masih takut aja nih kalau mau bepergian ke luar negeri. Apalagi harus berhadapan dengan regulasi covid yg super ketat. Blm berani

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi iyaaa mba.. semoga segera ada vaksin atau penanganan tambah baik, dan kasus menurun sehingga untuk bepergian sudah tidak ada hambatan lagi ya

      Hapus
  10. Ditunggu cerita lanjutannya kehidupan di Australia ya Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siaaap mbak.. :) ini sudut pandang suamiku yang aku tulis ttg Australia.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan ke Sapporo, Hokkaido Jepang (Maret 2017)

Menikmati Minggu Siang dengan "Menu Sop Iga"

Mudah! Mengecek Pencernaan Anak Melalui Fitur Tummypedia Bebelac