Apakah Manusia Sejahat Itu?
Tak tahu apa maksud hati menulis ini. Ini
bukan sebuah curhatan, namun hanya sebuah tulisan berdasarkan pengamatan dalam
hidup.
Satu hal di sebuah kehidupan bisa saja
terjadi. Suatu saat orang yang terdekat bisa menjadi orang yang terjauh.
Terjauh dalam hal apa? Dalam hal keakraban, kekeluargaan dan intensitas silturahmi.
Disini, sahabat dekat yang selalu bersama, yang saling menasihati bersama telah
berubah menjadi seorang yang jauh, bahkan bertegur sapa pun tidak lagi
dilakukan. Tak ada alasan yang jelas untuk mengetahui mengapa kondisi tersebut terjadi?.
Curahan hati rindu akan keadaan
dahulu, yang menyebabkan muncul berbagai tanya tentang siapa yang berubah? Mengapa
waktu terasa cepat untuk memberikan kesan bahwa suatu kebahagiaan itu dapat
abadi? Dan yang paling sering (muncul) dipertanyakan adalah “apa ada yang salah?” (Pertanyaan-pertanyaan
untuk intropeksi diri).
Mau bagaimana lagi, karakter dan sifat
bahkan perilaku serta keinginan hati yang dimiliki oleh setiap manusia tidak
mungkin ada yang sama persis hingga seratus persen, karena memang Tuhan punya
kuasa untuk menciptakan sesuatu dengan keanekaragaman di dalamnya. Bisa saja perbedaan
terus bermunculan, perdebatan terus terjadi, dan ketidak “sreg” an menjadi hal
yang biasa. Namun, bila kita selalu terfokus hanya pada masalah perbedaan, kita
akan lupa tentang ada dan indahnya persamaan. Yah...dulu kita sama! Sama-sama
punya mimpi, sama-sama berbagi senyum dan tawa, dan sama-sama merencanakan
kebaikan.
Waktu berlalu yang telah menyiratkan bahwa
inilah cerita hidup yang menggunakan alur. Berputar dan terus berputar seakan
roda yang tak akan pernah berhenti berputar hingga kapanpun.
Wajar manusia melakukan kesalahan,
sangat wajar! Namun yang tak wajar adalah ketika kita terjebak dalam hal kesalahan
yang menjadi lumrah karena wajar itu. Semua pun dapat menjadi bingung dengan
hal ini, yang cukup harus diketahui adalah bahwa tak seorang pun berhak
mengakui bahwa dirinya lah yang paling baik.
*tartawa kecil dalam hati*
*hening*
Bila mengingat sisi orang terdekat
yang menemani, memberikan saran bak kita melakukan kesalahan yang perlu diingatkan.
Bukan bertingkah seperti yang paling benar, tapi hanya saling mengingatkan.
Bolehkah kita merindukan seseorang
yang dulu dekat? Yang berubah tanpa berkata dan berita, yang lari dari
kenyataan, seakan pergi dengan keadaan yang sulit digambarkan dalam keadaan ‘baik-baik’.
Sepertinya kurang tepat bila mengatakan bahwa ‘ia’ kejam, tapi mau bagaimana, banyak
hal yang belum diketahui yang menjadikan diri terbesit untuk bertanya, apakah
manusia sejahat itu?
NB: Tulisan ini bukan untuk
diperdebatkan :)
Komentar
Posting Komentar